Catatan 38 Tahun Arema: Antara Marwah, Eksistensi, dan Perjuangan Nilai

11 August 2025

Catatan 38 Tahun Arema: Antara Marwah, Eksistensi, dan Perjuangan Nilai

Oleh: Sudarmaji, Pegiat Arema FC

Tulisan ini saya tulis sepuluh menit setelah wasit asal Jepang, Yudai Yamamoto, meniup peluit panjang berakhirnya laga perdana BRI Super League 25/26. Arema FC vs PSBS Biak di Stadion Kanjuruhan Senin petang, 11 Agustus 2025. Skor akhir 4-1 untuk kemenangan Singo Edan. 

 

Alhamdulillah. Kemenangan ini terasa istimewa bagi Aremania yang hadir langsung di stadion maupun yang nobar di layar kaca. Ini bukan sekadar kemenangan, ini kado terbaik di ulang tahun Arema yang ke-38.

 

Ada dua hal yang membuat malam ini sangat spesial. Pertama, ini adalah kemenangan yang penuh syukur, sebuah kado termbois di hari jadi Arema. Kedua, malam ini adalah kali pertama Dendi Santoso dan kawan-kawan tampil di depan Aremania di Stadion Kanjuruhan pasca-Tragedi 1 Oktober 2022. Suasana haru, rintangan, tuntutan, desakan, dan harapan semua membaur menjadi satu. Di hari ulang tahun klub, menang adalah harga mati, sebuah kado terbaik yang selalu dinanti. Dan dibuktikan empat gol Arema FC yang disumbangkan hattrik oleh Dalberto Luan Belo menit 17', 70' dan 80', serta satu gol sumbangan Valdeci Moreira Da Silva di menit 62. 

 

Namun, bagi Arema FC, ini bukan sekadar soal menang. Suara-suara tentang tuntutan menyudahi dualisme Arema atau bahkan yang dikaitkan dengan tragedi masih terus berkumandang. Apakah lantas klub merasa abai? Tentu tidak.

 

*Perjuangan Eksistensi di Kompetisi*

 

Perlu digarisbawahi, Arema FC bukannya abai dengan tuntutan atau tuduhan yang membelit persoalan hukum. Tapi, di sisi lain mereka berupaya mempertahankan aset terpenting yang dimiliki tiap klub yakni eksistensi di kompetisi tertinggi. 

 

Apa jadinya jika Arema FC kehilangan eksistensinya di kompetisi, Naudzubillah Mindalik? Diprediksi perlahan, "marwah" Arema beserta nilai-nilai kebaikannya akan luntur.

 

Bayangkan saja, selama puluhan tahun kita sudah digempur isu dualisme dan ujian-ujian duniawi lainnya, efeknya harus diakui kini dukungan pun mulai menyusut. Jika kita menyerah dan tidak mempertahankan aset berupa kompetisi tertinggi ini tentu bertambah terpuruk., Wallohualam bi sawab.

 

*Solusi untuk Kebanggaan Bersama*

 

Ada benarnya terdapat nawak-nawak yang pernah mengusulkan agar yayasan berjiwa besar sebagai "juru tuntas" dualisme. Maka konswensinya mari berbesar hati kita bersama untuk mendukung yayasan agar menemukan solusi. 

 

Memang secara kasat mata, ada kelompok yang menginginkan marwah Arema dikembalikan. Jika penyatuan tak bisa didapat, mereka berharap yayasan Arema sebagai pemilik sah segera 'siuman' dan berani menunjuk pengelolanya untuk menyudahi konflik ini. Kelompok lain berprinsip teguh bahwa hanya klub mereka yang original, tak peduli pro-kontra yang ada.

 

Lalu, bagaimana dengan Arema FC? Sepertinya memilih istiqomah dan tawadhu, berpegang teguh pada prinsip-prinsip nilai dalam sepak bola. Nilai persatuan? Ayo. Nilai persaudaraan? Mari. Nilai sportivitas? Oke. 

 

Yang paling utama adalah jangan sampai kita kehilangan nilai-nilai kultural Arema yang kuat di Bumi Arema. Sementara sepak bola adalah benang birunya.

 

Ini seperti perdebatan tentang amnesti dan abolisi. Dari sudut pandang hukum, perdebatan tak akan pernah usai. Tapi kita semua sepakat bahwa hukum bisa dikompromikan demi kepentingan utama, yaitu persatuan dan mencegah perpecahan.

 

Karenanya, sementara secara obyektif berikan kebijaksanaan dan support agar klub ini dengan kebesaran hatinya juga dapat mengemban niat tulus menjalankan perjuangan di porsi merawat dan mempertahankan aset Arema FC, yakni kompetisi di level tinggi.

 

Di ulang tahun Arema ini, dikumandangkan jargon #B38RAVE. Artinya, menjadi berani. Berani di sini bukan berarti menang sendiri atau gagah-gagahan, melainkan berani menjaga nilai-nilai yang tertanam dalam diri Arema, seperti Salam Satu Jiwa. Kita harus memastikan nilai-nilai ini tetap tumbuh subur di Malang Raya.

 

Bagaimana nilai-nilai ini terwujud dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Malang Raya? Hal ini bisa dilihat dari harmonisasi dan semangat memiliki yang tertanam sejak dini. 

 

Buktinya, tiga pemerintah daerah di Malang Raya kompak mengeluarkan kebijakan wajib menggunakan atribut baju Arema setiap 11 Agustus. Antusiasme terlihat di wajah semua kalangan, dari berbagai ras dan usia. Mereka pakai di fasilitas layanan publik, pemerintahan, di sekolah sekolah. Belum lagi dampak ekonomi yang dirasakan lalangan UMKM dengannproduksi ikonik Aremanya yang terjual meningkat drastis. 

 

Momentum Ini adalah modal nilai kultural sebuah kota ikonik yang jarang dimiliki daerah lain, kecuali yang punya akar budaya kuat seperti di Bali atau Jogja.

 

Oleh karena itu, bukan berarti marwah yang diperjuangka tidak penting. Marwah tetap penting untuk terus diperjuangkan. Tapi, kita juga harus terus memupuk nilai-nilai kebaikan yang sudah ditanamkan oleh para leluhur Arema.

 

Lahumul Fateha, semoga Singo Edan makin edan, bermanfaat, dan terus menebar kebaikan di Bumi Arema. Semoga momentum milad Arema ini, kita semua diberikan ketenangan dan keyakinan bahwa semua ingin memberikan ketulusan yang terbaik untuk kebanggaan kita. Sekali lagi mohon maaf tulisan ini hanyalah opini pribadi tidak mencerminkan pendapat resmi klub. 

HBD Arema ke 38, Salam Satu Jiwa.

Banner Ads
Banner Ads
NEW

Arema Football Club 2024 Home Jersey

Shop LIHAT PRODUK